Idealnya hidup di alam ini adalah saling menerima dan memberi, jika kita hanya bisa menerima tanpa pernah memberi, tentu kita menjadi banyak berhutang kepada alam ini,
Selama ini kita hanya bisa menerima cahaya matahari untuk berbagai keperluan hidup, tanpa pernah bisa berbuat apapun untuk memberi kepada matahari, begitupun kepada udara, kita terus menerus menerima udara sebagai napas kehidupan, tanpa pernah membalas kebaikan udara,
Begitu juga kita senantiasa menerima kebaikan bumi sebagai tempat berpijak, tempat tinggal, tempat mencari nafkah, tempat membuang kotoran dan tempat berbagai keperluan lainnya, tanpa pernah kita membalas kebaikan bumi,
Kita juga selama ini menerima kebaikan air untuk berbagai kebutuhan hidup kita, untuk membersihkan, mensucikan, minum, memasak dan berbagai keperluan lainnya, tanpa kita pernah membalas kebaikan air,
Dan begitu juga kita selama ini hanya menerima dan menerima kebaikan sang nyawa kehidupan, tanpa kita pernah membalas kebaikan sang nyawa,
Terus dan terus menerus kita hanya bisa menerima dan menerima dari alam ini, tanpa pernah ada upaya dari kita untuk memberi atau membalas kebaikan alam ini, bahkan mungkin tidak pernah terpikirkan untuk membalas kebaikan-kebaikan dari alam,
Atau mungkin selama ini beranggapan bahwa alam ini memang diciptakan sebagai fasilitas untuk hidup dan kehidupan manusia,
Jika benar beranggapan seperti itu, kenapa untuk kebutuhan-kebutuhan lainnya manusia harus membayar, seperti kebutuhan kuota internet, mulai dari bangun tidur sampai mau beranjak tidur lagi, mayoritas manusia butuh membayar kuota internet,
ditambah lagi kebutuhan listriknya, dan berbagai kebutuhan lainnya yang sebenarnya tidak begitu penting jika dibandingkan dengan kebutuhan akan udara, kebutuhan cahaya matahari, kebutuhan adanya tanah atau bumi,
Adil kah diri kita? Ideal kah kehidupan yang seperti itu?
Tentu tidak adil, dan tentu tidak ideal, bahkan itu namanya tidak tahu diri,
Ketidak adilan itulah sebenarnya yang kemudian memunculkan berbagai permasalahan dalam hidup dan kehidupan manusia, mulai dari keresahan, kegelisahan, kesusahan, kesedihan, musibah, wabah, penyakit, kecelakaan, bencana alam, dan lain-lain,
Yang inti sebenarnya adalah berupa tuntutan dari alam ini, atas ketidak adilan, atas ketidak tahudirian dan kebodohan manusia, namun sangat jarang sekali masyarakat yang memahami akan hal itu,
Peran besar sedulur papat kalima pancer (yaitu nyawa, air, api, tanah, angin) tidak diakui bahkan sama sekali tidak dihiraukan, sangat wajar jika mereka pun melakukan penyeimbangan atas diri mereka dengan cara mereka sendiri,
Dan biasanya menjadi musibah dan bencana bagi manusia,
Bagaimana idealnya hidup?
Untuk terwujudnya kehidupan yang ideal, tentunya manusia harus berusaha keras untuk menyeimbangkan diri dengan alam, dimana selama ini alam telah teramat banyak memberi, maka manusia harus memulai untuk membalas budi,
Bagaimana caranya?
Caranya dengan niat kuat dan upaya sungguh-sungguh untuk bisa memberikan yang terbaik kepada alam ini, misalnya balas budi kepada unsur bumi, minimalnya manusia bukan hanya mengeksploitasi kekayaan alamnya saja tapi juga menjaga dan melestarikan eksistensi dari bumi alam ini,
lebih dari itu dengan memberikan energi positif kepada bumi alam ini, dengan mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan lebih beradab dari yang ada pada saat ini,